Pemborosan, begitu yang pertama
mampir ke otakku saat mengikuti salah satu hajatan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Nasional. tempatnya di Medan, nama acaranya Festifal Lomba Seni
Siswa Nasioanal (FLS2N). Kebetulan, saya ikut sebagai salah satu tim peliput
untuk acara festifal seni tersebut, sekadar mengisi luang dari rutinitas kerja
di Jakarta, sambil menikmati fasilitas liburan ke luar kota secara gratis.
Acara tahunan yang terselenggara
ke-6 kalinya ini tentunya menghabiskan anggaran yang tentunya sangat besar. Ini
bisa dilihat dari jumlah peserta yang hadir, para siswa-siswi ini adalah para
juara lomba seni propinsi masing-masing. Kalau tak salah, saat pembukaan
festifal, ketua panitia menyebutkan hadir kurang lebih 2500 perserta, ditambah
panitia, guru pendamping, serta pejabat dinas daerah, totalnya kalau tak salah
kurang atau lebih ada 4000 orang.
sekumpulan manusia tersebut tentu
membutuhkan biaya. Biaya transportasi, penginapan hotel, makan, honor panitia,
juri, peralatan, sewa kendaraan, hadiah pemenang, tenaga honor, tenda besar,
bayar IO, pengadaan barang, keamanan, dan seabrek biaya yang satu item saja
mungkin dihargai puluhan juta hingga milyaran di propsoal.
Dan biaya tersebut tentu pula
diambil dari uang pembayar pajak, alias APBN. Segi acara sugguh meriah, hotel
yang disewa semua berbintang 5 di Medan, kecuali satu hotel yang berbintang 3, sebut
saja JW Marriot, Aston, dan hotel bintang 5 lainya di ibukota Sumatra Utara
ini. Maskapai yang dipakai untuk menerbangkan ribuan orang tersebut pun tak
tanggung-tanggung, yakni maskapai pemegang rekor termahal saat ini di dalam
negeri, apalagi kalau bukan maskapai Garuda Indonesia.
Nah langsung pada kasus pemborosan.
Acara tersebut terselenggara kebetulan selama 6 hari penuh dari pembukaan
hingga penutupan, Untuk satu penginapan hotel bintang lima, sewa kamar per hari
rata-rata 900.000 net. Sementara jumlah peserta dan panitia kita bulatkan 4000.
Untuk kamar hotel Kemendiknas sudah menggelontorkan uang sebesar Rp.
3600.000.000, sewa kamar tersebut belum termasuk sewa ruang meeting. Sekarang hitung
sewanya dalam 6 hari masa pakai.
ballroom hotel besar yang nilai sewa
perharinya dari yang termurah ruang meeting senilai 50000.000 per
harinya,hingga ballroom termahal nan luas yang biasa dipakai resepsi pernikahan
yang sewanya 50.000.000 per harinya. Nah ruang-ruang besar tersebut juga disewa
selama 5 hari penuh, artinya dari 6 hotel yang disewa panitia ditaksir
hitung-hitung pribadi, mungkin pembaca ada yang lebih tau hitung-hitungan cost
akomodasi hotel, kurang lebih habis menghabiskan anggaran 3600.000.000.
Adalagi setiap peserta diadakan
dinner dan lunch yang mana dimanapun hotel hanya menyediakan makan breakfast.
Dari makan dua waktu tersebut di 6 hotel mewah mungkin habis di atas 10 milyar.
Untuk pesawat Garuda, penerbangan Jakarta Medan pulang pergi adalah Rp. 3,5
juta, kalikan saja dengan total peserta di atas. Itu baru penerbangan Jakarta,
ada pula ratusan peserta dari Indonesia Timur yang juga dibebankan pada APBN,
tentulah lebih mahal tiket peswatnya.
Dari tiket pesawat, masih banyak
pula kebutuhan lainya yang sudah saya sebutkan di atas. Ini estimasi pribadi
saja, dalam satu gelaran nasional satu kementrian bisa habiskan anggaran hampir
menyentuh satu trilliun. Bahkan bisa lebih. Sementara di Kemendiknas, setiap
tahunya menyelenggarakan puluhan acara besar tiap tahunya. Sementara lagi, di
negeri ini ada puluhan Kementrian yang juga menggelar puluhan hajatan besar
dalam tahun anggaranya, menghabiskan anggaran dengan cara yang sama, bisa
dibayangkan berapa anggaran yang diboroskan hanya untuk hajatan besar tahunan.
Saya tak bicara acara seni di Medan tersebut
tak berkualitas. Hemat saya sendiri, acara tingkat nasional tersebut memang
perlu untuk pengembangan seni para siswa. Itu relatif, namun saya hanya
menyoroti pemborosan yang sebenarnya bisa ditekan bila memang ada kemauan
serius menghemat anggaran.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !