Sekilas kita
dibuat tak percaya jika puluhan ribu nyawa “berkorban” hanya untuk sebuah motivasi karena hadits nabi. Yah namun begitulah kenyataan yang terjadi dalam kejatuhan
Konstantinopel. Bukan harta, bukan pula jalur perdagangan yang paling dicari Sultan
Mehmet II, kemudian lebih dikenal dengan Muhammad Al-Fatih. Hanya karena
motivasi hadits Sohih yang diriwayatkan Ahmad yang lebih kurang berbunyi, “Sungguh
sebaik-pemimpin dan pasukan adalah yang bisa menaklukan Konstantinopel”,
mendorong sultan yang saat itu berusia 21 tahun mengharcurkan tembok Konstantin yang dianggap terkuat di dunia saat itu.
Konstantinopel
bisa dikatakan kota paling makmur pada zamanya. Pelabuhanya merupakan
pelabuhan tersibuk pada masanya. Mahmed II pun memang akhirnya membuktikan
ucapanya. Setelah 42 hari mengepung kota benteng tersebut, hingga akhirnya bisa
menembus 3 lapis tembok tebal Konstantinopel, Ia memerintahkan pasukanya untuk
tak menjarah harta dan memberi kebebasan pada penduduk kota tersebut, ini tentu
jauh berbeda dengan saat tentara Salib menaklukan kota tersebut 1204 M yang
diikuti dengan pembantaian dan penjarahan besar-besaran Konstantinopel.
Memang
kemudian setelah penaklukan yang memakan puluhan ribu korban tentara Ustmani,
pintu melebarkan islam dan kekuasanya ke dunia barat terbuka luas. Menundukan
kota yang saat itu berpenduduk lebih dari 100.000 jiwa ini pun terbilang sangat
panjang dan berliku. Jauh sebelumnya, pendahulu Mehmed II pun telah melakukan
pengepungan pada kota tersebut, dari Khalifah Rasyidin, Dinasti Umayyah,
Dinasti Abbsiyah, Turki Saljuk, dan kakeknya Murad I. Hasilnya selalu menderita
kerugian tanpa bisa menembus tembok terkuat Romawi tersebut.
Mehmed II
yang dikenal sangat cerdas dan lihai dalam pertempuran tersebut tentu punya
pertimbangan matang menunaikan “tugas mulia” dari Rasulullah tersebut. Senjata
paling canggih pada setiap pengepungan saat itu, Catapult dan Trebucet (pelontar
batu gravitasi) seolah menjadi senjata purba dihadapan Tembok Konstantinopel. Perlu
sebuah senjata baru untuk menghancurkan tembok yang membentang 4 kilometer
tersebut. Dan angin segar datang setelah seorang ahli meriam asal Hongaria bernama
Orban bersedia menawarkan jasa membuat meriam paling besar.
Namun meriam
yang disebut penduduk Konstantinopel sebagai “Big Monster” karna suara gelegarnya ini tetap tak berdaya di
hadapan Tembok yang rata-rata memiliki ketebalan 5 meter tersebut. Hingga hari
terakhir penaklukan selama sebulan lebih, tak terhitung berepa ton mesiu dan
batu pelontar hingga akhirnya membentuk lubang kecil yang menandai kejatuhan
kota. Tak hanya pengepungan darat, Mehmed II pun mengepung kota dari laut. Kisah
paling terkenal dalam sejarah penaklukan tersebut, kegigihan orang Turki
memindahkan 60 kapal besar melintasi gunung hanya dalam satu malam untuk
menembus blokade rantai yang dipasang Byzantium.
Berbagai cara
aneh lain juga ditempuh Turki Ustmany menembus tembok kota. Seperti penggalian
terowongan, menara kayu setinggi 80 meter, hingga penggunaan roket yang
digerakan mesiu. Intrik politik juga mewarnai kejatuhan Konstantinopel,
perselisihan Gereja Roma dan Kristen Ortodoks romawi Timur, perebutan pengaruh
para jenderal, pembelotan tentara Ustmany, hingga menacri keuntungan dalam air
keruh yang dipraktekan para pedagang dari Genoa dan Venesia.
Membaca buka
320 halaman ini seolah membaca novel. Felix Shaw yang yang merupakan seorang
mualaf ini menggambarkan dengan detail proses penaklukan Kota yang terkenal
dengan Tembok paling kuat pada zamanya. Alur cerita membuat pembacanya seolah
benaar-benar dibawa pada kondisi saat itu.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !