Welcome To Mas Jawa Blog :
Home » , » Review Buku Al-Fatih 1453

Review Buku Al-Fatih 1453

Written By muhammad idris on Selasa, 20 November 2012 | 22.25

Sekilas kita dibuat tak percaya jika puluhan ribu nyawa “berkorban” hanya untuk sebuah motivasi karena hadits nabi. Yah namun begitulah kenyataan yang terjadi dalam kejatuhan Konstantinopel. Bukan harta, bukan pula jalur perdagangan yang paling dicari Sultan Mehmet II, kemudian lebih dikenal dengan Muhammad Al-Fatih. Hanya karena motivasi hadits Sohih yang diriwayatkan Ahmad yang lebih kurang berbunyi, “Sungguh sebaik-pemimpin dan pasukan adalah yang bisa menaklukan Konstantinopel”, mendorong sultan yang saat itu berusia 21 tahun mengharcurkan tembok Konstantin yang dianggap terkuat di dunia saat itu.
Konstantinopel bisa dikatakan kota paling makmur pada zamanya. Pelabuhanya merupakan pelabuhan tersibuk pada masanya. Mahmed II pun memang akhirnya membuktikan ucapanya. Setelah 42 hari mengepung kota benteng tersebut, hingga akhirnya bisa menembus 3 lapis tembok tebal Konstantinopel, Ia memerintahkan pasukanya untuk tak menjarah harta dan memberi kebebasan pada penduduk kota tersebut, ini tentu jauh berbeda dengan saat tentara Salib menaklukan kota tersebut 1204 M yang diikuti dengan pembantaian dan penjarahan besar-besaran Konstantinopel.
Memang kemudian setelah penaklukan yang memakan puluhan ribu korban tentara Ustmani, pintu melebarkan islam dan kekuasanya ke dunia barat terbuka luas. Menundukan kota yang saat itu berpenduduk lebih dari 100.000 jiwa ini pun terbilang sangat panjang dan berliku. Jauh sebelumnya, pendahulu Mehmed II pun telah melakukan pengepungan pada kota tersebut, dari Khalifah Rasyidin, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbsiyah, Turki Saljuk, dan kakeknya Murad I. Hasilnya selalu menderita kerugian tanpa bisa menembus tembok terkuat Romawi tersebut.
Mehmed II yang dikenal sangat cerdas dan lihai dalam pertempuran tersebut tentu punya pertimbangan matang menunaikan “tugas mulia” dari Rasulullah tersebut. Senjata paling canggih pada setiap pengepungan saat itu, Catapult dan Trebucet (pelontar batu gravitasi) seolah menjadi senjata purba dihadapan Tembok Konstantinopel. Perlu sebuah senjata baru untuk menghancurkan tembok yang membentang 4 kilometer tersebut. Dan angin segar datang setelah seorang ahli meriam asal Hongaria bernama Orban bersedia menawarkan jasa membuat meriam paling besar.
Namun meriam yang disebut penduduk Konstantinopel sebagai “Big Monster” karna suara gelegarnya ini tetap tak berdaya di hadapan Tembok yang rata-rata memiliki ketebalan 5 meter tersebut. Hingga hari terakhir penaklukan selama sebulan lebih, tak terhitung berepa ton mesiu dan batu pelontar hingga akhirnya membentuk lubang kecil yang menandai kejatuhan kota. Tak hanya pengepungan darat, Mehmed II pun mengepung kota dari laut. Kisah paling terkenal dalam sejarah penaklukan tersebut, kegigihan orang Turki memindahkan 60 kapal besar melintasi gunung hanya dalam satu malam untuk menembus blokade rantai yang dipasang Byzantium.
Berbagai cara aneh lain juga ditempuh Turki Ustmany menembus tembok kota. Seperti penggalian terowongan, menara kayu setinggi 80 meter, hingga penggunaan roket yang digerakan mesiu. Intrik politik juga mewarnai kejatuhan Konstantinopel, perselisihan Gereja Roma dan Kristen Ortodoks romawi Timur, perebutan pengaruh para jenderal, pembelotan tentara Ustmany, hingga menacri keuntungan dalam air keruh yang dipraktekan para pedagang dari Genoa dan Venesia.
Membaca buka 320 halaman ini seolah membaca novel. Felix Shaw yang yang merupakan seorang mualaf ini menggambarkan dengan detail proses penaklukan Kota yang terkenal dengan Tembok paling kuat pada zamanya. Alur cerita membuat pembacanya seolah benaar-benar dibawa pada kondisi saat itu.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Komentar Terbaru

 
Support : Mas Jawa Official Web | Muhammad Idris | Bejos dan Rekan
Proudly powered by PT MAS JAWA CORP
Copyright © 2014. Mas Jawa - Hak Cipta Mas Jawa Dilindungi Undang-Undang
Template Design by Mas Jawa Official Web Published by Bejos