Islam disebarkan dengan pedang?
Begitu suara sumbing dan menyudutkan tersebut kerap dilontarkan pengkritik
Islam. Istilah pedang mengarah pada kekerasan, penaklukan, pemaksaan kehendak
dan segala sesuatu yang bersifat berhubungan dengan pertumpahan darah. Meski
sebenarnya, Islam berkembang jauh lebih pesat karena faktor perdagangan,
perkawinan, dan ajaranya yang memang mudah diterima, tak mengenal kasta, dan
dianggap “paling logis” oleh beberapa masyarakat tertentu.
Bila merunut pada sejarah, dalam
awal perkembangnya, diakui faktor “pedang” memang memegang peranan paling
signifikan penyebaran Islam yang begitu mencengangkan. Karena “Pedang” pula
Islam berkembang jauh lebih pesat dibanding agama lainya. Namun, kita tak bisa
langsung menyimpulkan istilah pedang lantas berasosiasi dengan kekerasan. Dalam
Islam, pedang tak lebih hanya semata instrumen politik saat itu.
Sejak lahirnya agama yang dibawa
Muhammad pada abad 6 tersebut, Islam hanya membutuhkan waktu kurang dari 300
tahun untuk menjadi agama yang anut masyarakat yang mediami separuh bumi.
Terbentang dari India di Timur jauh, hingga Maroko di Ujung Barat Afrika. Dari
Sungai Volga di Rusia di Utara, hingga Madagaskar di Selatan. Bahkan menurut
catatan sejarah, Islam sudah banyak dianut masyarakat Daratan Cina, Semenanjung
Andalusia (Spanyol dan Prancis Selatan), Eropa Timur, dan Kepulauan Nusantara.
Penyebaranyang luar biasa cepat
tersebut tentu sangat berbeda dengan agama lainya. Hindu Budha merupakan agama
yang boleh dikata paling tua di dunia sejak lahirnya di India ribuan tahun
sebelum Masehi. Kedua agama tersebut membutuhkan waktu ribuan tahun untuk hanya
dianut masyarakat Asia Timur, India, Asia Tenggara, dan beberapa wilayah
sekitarnya saja. Hal yang sama pada agama yang dibawa Isa Al Masih.
Kembali pada masalah pedang. Sungguh
aneh menyebut Islam menyebar dengan kekerasan, dan hanya melihat pada sisi
perang yang diciptakan orang Islam zaman awal perkembangan Islam. Hanya
orang-orang yang tak paham sejarah yang langsung menyimpulkan Islam menyebar
dengan kekerasan, pemaksaan, dan pedang. Istilah pedang lebih sesuai dengan
“Islam menyebar dengan politik”, ini lantaran dalam Islam sama sekali tak
mengajarkan kekerasan.
Dalam AlQuran sendiri tertulis denga
jelas bagaimana Islam sangat menjunjung perdamaian. Bagaimana kemudian muncul
kaum ektrimis Islam dengan embel-embel Jihad? Pertanyaan tersebut butuh
penjelasan lebih lanjut yang tidak akan saya jelaskan dalam tulisan ini. Yang
pasti, al-quran sama sekali tidak mengajarkan kekerasan.
Islam menyebar dengan Pedang adalah
Islam yang menyebar melalui politik, dan terjadi pada awal masa perkembangan Islam, baik sebagai agama,
maupun Islam sebagai negara. Jauh pada zaman tersebut, dunia terbagi dalam
wilayah yang dikuasai kerajaan-kerajaan (Kingdom/Imperium). Setiap Imperium
memiliki wilayah dan pemerintahanya masing-masing.
Hukum alamnya yang berlaku, Imperium
yang kuat tentulah memiliki wilayah yang lebih besar diantara kerajaan-kerajaan
lainya. Saat zaman islam baru berkembang, ada dua kekaisaran yang paling besar
saat itu, yakni Kerajaan Persia, dan Kekaisaran Romawi.
Antar kerajaan tersebut saling
serang menyerang dengan “Pedang”. Siapa negara yang kalah, ia harus tunduk dan
menjadi wilayah kerajaan pemenang. Negara dengan militer paling kuatlah yang
menjadi negara besar. Tanpa militer, kerajaan tersebut tentu mustahil meluaskan
kekuasaanya, bagaimana meluaskan kekuasaan? Yah harus degan Invasi militer. Tak
ada cara lain selain dengan penaklukan. Meski beberapa kasus penaklukan bisa
dilakukan dengan perkawinan.
Baik Persia maupun Romawi tersebut
terus saling berperang, juga terus berperang dengan negara-negara sekitarnya.
Semakin luas wilayah kerajaan, semakin besar pula pajak yang masuk ke kas
negara tersebut.
Namun mengapa saat itu kawasan Arab
tidak ditaklukan kerajaan-kerajaan besar saat itu? Saat Islam berkembang,
kawasan Arabi tempat dilahirkanya Muhammad adalah wilayah yang “tak menarik”
bagi Persia maupun Romawi. Arab hanyalah gurun gersang dengan banyak perompak,
sedikit pertanian, sedikit penduduk yang artinya sedikit pula pejak yang bisa
ditarik. Biaya menyerang Bangsa Arab jauh lebih mahal ketimbang manfaat yang
bisa diperoleh. Untuk basis pertahanan pun, membangun benteng di gurun Arab
sama sekali tak bernilai.
Itulah mengapa Bangsa Arab, meski
sebenarnya mereka ahli perang namun lebih sibuk dengan urusan dagang, dan
tentunya merampok suku Arab lain, atau bangsa lain di sekitarnya. Saat kedua
imperium tersebut, Romawi dan Persia saling bunuh, Bangsa Arab hanya menjadi
penonton. Hingga akhirnya Islam berkembang dan saat tersebut Islam sudah bisa
berdiri menjadi Negara sendiri. kedua Imperimum tersebut sudah kelelelahan
saling berperang, sehingga dikemudian hari mudah ditaklukan suku-suku Arab yang
telah bersatu dan memeluk Islam.
Saat Islam mulai kuat secara
militer, tepatnya saat Khalifah Umar bin Khatab, Islam mulai menyebarkan
pengaruh politiknya, dan tentunya penyebaran pengaruh tersebut diikuti
penyebaran Islam. Bagaimana caranya? Menaklukan kerajaan lain adalah jalan
satu-satunya. Invasi dengan pedang bukan hal terlarang pada zaman tersebut.
Mereka tidak mengenal Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang akan berteriak lantang saat ada perang. Tak ada
perdamaian, yang ada hanya gencatan senjata antar kerajaan untuk tidak saling
menyerang, karena pada dasarnya setiap imperium ingin menaklukan imperium lain
yang bertetangga denganya. Perang adalah hal mafhum. Negara yang “cinta damai”
adalah negara yang memilih kuat dengan pertahanan kotanya.
Masa tersebut tersebut adalah masa
dimana perang (pedang) adalah hal lumrah. Dari sini kita bisa tarik kesimpulan
hubungan Islam dan penaklukan. Selain beberapa metode penyebaran Islam yang
sudah dijelaskan di atas, Islam menyebar dengan jalan politik yang artinya
Islam menyebar di daerah yang dikuasai oleh Umat Islam saat itu.
Wilayah yang telah dikuasai Islam
diharuskan membayar pajak. Masa tersebut, setiap Khalifah (Raja) menerapkan
pajak yang berbeda pada wilayah yang dikuasainya. Pajak orang yang memeluk
Islam jauh lebih murah ketimbang yang harus dibayar rakyat non Islam. Pajak bagi
non Islam tersebutlah yang kita kenal dengan dengan pajak Jizyah atau pajak
kepala. Dari kebijakan tersebutlah banyak orang-orang berbondong masuk Islam,
meski Islam lebih mudah diterima orang taklukan karena Islam tak mengenal
derajat. Sekali lagi Islam tidak mengenal Pemaksaan atau Pedang.
Hal ini pula yang berlaku bagi umat
Islam yang hidup dibawah kekuasaan Romawi. Seperti umat Islam yang hidup di
Siprus, dan wilayah Italia lainya yang harus membayar pajak kepala pada
penguasa Kristen. Jadi hal tersebut adalah hal normal saat itu. Tak ada paksaan
dalam agama saat itu, baik oleh penguasa Islam maupun Penguasa Kristen.
Beberapa penderitaan masa lalu
justru menjadi penyebab Islam begitu mudah diterima. Dibawah taklukan penguasa
sebelumnya penduduk wilayah pra Islam jauh dari kata merdeka dan makmur. Hal
ini yang banyak terjadi di Eropa pada masa tersebut. Dimana wilayah-wilayah
terbagi menjadi milik kaum Bangsawan. Setiap bangsawan adalah raja kecil yang
memungut pajak terlalu tinggi pada rakyatnya. Di beberapa tempat, rakyat
dianggap sebagai budak yang sepanjang hidupnya, keringat dan darah hanya untuk
menggarapa lahan kaum Borju Eropa.
Ketika saat Imperium Umayyah yang
beragama Islam datang, penduduk Spayol ramai-ramai memeluk Islam dengan
sukarela karena merasa terbebas dari cengkraman kaum borjuis, dan rajanya yang
kebetulan juga kejam dan rakus akan uang pajak. Hal yang sama juga terjadi pada
wilayah Balkan ketika Ustmani menaklukan wilyah Eropa Adriatik tersebut.
Maka serasa munafik pula bila orang
Barat mengatakan Islam disebarkan dengan pedang. Orang-oraang yang menganggap
lebih paham sejarah justru berfikir pendek, justru merekalah yang menyebarkan
kekerasan dan penindasan dengan kolonialisme yang berlangsung berabad-abad.
Saat Islam mengajarkan umatnya untuk sebanyak-banyaknya membebaskan budak,
orang Barat justru melegalkan perbudakan. Tak patut dilupakan pula, merekalah
yang justru terus mengumbar perang di berbagai sudut dunia. Kesimpulanya, Islam
tidak menyebar dengan pedang, Islam hanya menyertai kepentingan politik saat
itu.
Lantas muncul pertanyaan
selanjutnya. Apa perbedaan penaklukan Islam dan kolonialisme oleh Barat. Keduanya
jelas berbeda, kolonialisme mengenal penghisapan sumber daya alam serta sumber
daya manusia secara berlebihan untuk kepentingan ekonomi negara kolonial. Lain itu,
kolonialisme memunculkan kelas yang mendiskriminasi bangsa yang terjajah. Dalam
Islam, hal tersebut tidak ditemukan.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !