Welcome To Mas Jawa Blog :
Home » , » Memaknai Kenangan Persahabatan Dalam Sebuah Toples

Memaknai Kenangan Persahabatan Dalam Sebuah Toples

Written By muhammad idris on Selasa, 05 Februari 2013 | 23.29



Novel dengan tutur cerita jalinan persahabatan nampaknya mulai jadi kiblat baru novelis meluapkan tulisanya. Terlalu menitik beratkan pada kisah cinta 2 pasang sejoli nampaknya sudah tak lagi menarik di tengah kejenuhan para pembaca yang memang muali beralih pada novel-novel berbau religi dan persahabatan. Meski saat ini ada Kisah Ainun Habibie yang cukup menyita perhatian, baik laki wanita, tua, dan muda yang ramai-ramai memborong novel dan tiket bioskopnya.
Setelah muncul Laskar Pelangi, Negeri Lima Menara, dan yang paling anyar dan tentunya paling fenomenal, 5 cm yang sampai diunggah ke layar lebar. Kini dalam daftar novel laris di rak toko buku muncul nama baru yang sebenarnya cukup asing, lengkapnya Aminatul Faizah, kelahiran Gresik ini justru melihat dari sudut pandang persahabatan yang sedikit berbeda.
Dengan narasi periode cerita yang rumit namun kisahnya,  yang bila tak berlebihan bisa dianggap sangat sederhana. Adalah Leila yang berusaha menemukan mozaik manisnya hidup masa kecilnya yang dihabiskan di Teheran. Di Ibu Kota Iran tersebut, Leila yang rupanya seorang penulis di salah satu majalah terbitan Paris tersebut mencoba mencari satu per satu kenangan yang di simpan dalam toplesnya tersebut mencari sahabat masa kecilnya.
Cerita dimulai dengan kisah kepindahan keluarga Yusef, ayah Leila ke Teheran dengan membawa serta seluruh keluarganya, termasuk Leila dan adiknya Gazali dari Turki. Yusef sendiri tak banyak muncul dalam alur cerita. Justru, Hamidah istri Yusef yang seorang penulis ini digambarkan sebagai sosok yang bisa dibilang sangat sempurna sebagai wanita.
Di sinilah yang unik, Hamidah berasal dari Indonesia, tepatnya orang Jawa yang seolah menjadi semua dari sutradara bagi jalan hidup semua Leila dan juga para sahabatnya. Di tempat barunya di Teheran, Leila bertemu dengan Ali, anak seorang janda miskin bernama Khala Aisyah, Khala usianya tak jauh berbeda jauh dengan Hamidah. Ali digambarkan sebagai sosok yang aneh, seorang pendiam dang tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Mungkin bila tak berlebihan sikap pengecut patut disematkan pada putra satu-satunya Khala Aisyah ini.
Periode pertama yang menyita banyak bab dalam novel tersebut lebih banyak berkisah Leila dan Ali yang disebutnya boneka besar yang terlalu kaku. Tak ada kejutan berarti, dan kebisuan yang terus diceritakan dalam porsi yang besar justru memunculkan kebosanan siapapun pembacanya.
Awal menarik saat Laela, dan teman setianya Khafsah yang seorang anak cantik namun sangat terlampau miskin dan berprofesi sebagai penjual naan, bertemu tiga anak keluarga Khan yaitu Faris, Djalal, dan Maarif yang terkenal kenakalanya. Namun entah bagaimana, kenapa, dan kapan, ketiga anak brandal tersebut sudah menjadi teman akrab Laela. Jadilah mereka lima sekawan meski lahiriah Khafsah dan Ali tak mempunyai ikatan batin dengan ketiga klan Khan.
Hingga akhirnya Laela pulang kembali ke Indonesia. Tak jelas bagaimana kemudian sudah menjadi penulis dengan karir menjulang di Paris. Di Indonesia pula penulis bercerita pada cinta pertamanya Laela, bertemu Khasan tetangganya yang langsung jatuh cinta. Sekilas, memang tak ada yang menarik saat penulis kisah cinta remaja di sebuah kota di Jawa yang sederhana dan sedikit dilebih-lebihkan untuk ukuran perasaan remaja yang baru mengenal apa itu cinta.
Akhir cerita, sepanjang awal hingga tengah cerita yang sedikit konservatif, penulis mengemas akhir cerita dengan menarik. Teka-teki sahabat-sahabatnya mulai terungkap, terutama Khafsah melalui penemuan dengan perjalanan yang panjang dan rumit. Pertemuan demi pertemuan yang membawa pada teka-teki besar.
Faris yang berprofesi sebagi koki, Maarif sebagai sebagai polisi di Teheran, dan Jalal yang sibuk dengan dunia imajinasi syairnya. Pertemuan dengan Ali sendiri digambarkan dengan sederhana, tanpa membuat pembacanya bertanya-tanya dan ikut memecahkan kebuntuan keberadaan Ali sebelum bertemu. Cinta, kesetiaan, keberanian, dan persahbatan menjadi titik balik hubungan 5 sekawan tersebut yang akhirnya berakhir dengan tragis.


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Komentar Terbaru

 
Support : Mas Jawa Official Web | Muhammad Idris | Bejos dan Rekan
Proudly powered by PT MAS JAWA CORP
Copyright © 2014. Mas Jawa - Hak Cipta Mas Jawa Dilindungi Undang-Undang
Template Design by Mas Jawa Official Web Published by Bejos